Rabu, 22 Februari 2017

Observasi di TK Al Hidayah 79

OBSERVASI DI TK AL HIDAYAH 79
Tanggal: 15 Desember 2017
Waktu : Selama proses belajar mengajar
Tempat: TK Al Hidayah 79, Sumberejo Ambulu Jember

Sekolah ini letaknya sangat strategis, yakni di sudut perempatan di Jalan Raya Watu Ulo desa Sumberejo kecamatan Ambulu kabupaten Jember. Tepatnya di ujung selatan dusun Krajan Lor desa Sumberejo. Bangunannya terletak dalam lingkungan yang sama dengan Masjid Al Islah Sumberejo.
Jadwal masuk sekolah tersebut adalah 6 hari dalam seminggu, yakni hariSenin sampai dengan hari Sabtu.Seragam untuk hari Senin dan Selasa adalah pakaian yang disebut Hijau-Putih, Rabu dan Kamis adalah kaos olahraga, sedangkan hari Jum’at dan Sabtu adalah pakaian Muslim dalam arti serba panjang dan bagi yang putri berkerudung.Tanggal 15 Desember bertepatan pada hari Kamis, sehingga, saat observasi dilakukan bertepatan ketika siswa mengenakan seragam kaos olahraga. Sebenarnya peraturan mengenakan seragam tersebut tidak hanya dikhususkan bagi siswa saja. Melainkan untuk guru pula. Hal ini dimaksudkan agar siswa mencontoh dari apa yang dilakukan guru kemudian menjadikan hal tersebut sebagai kebiasaan yang dapat dipegang sendiri oleh siswa.

Kajian Psikologi:
Seperti dalam sejarah Psi. Sosial, Gabriel Tarde yang menganggap bahwa “Seluruh kehidupan social sebenarnya berdasarkan factor imitasi saja”. Adanya proses imitasi dalam interaksi social antara guru dan siswa sekolah tersebut, juga menimbulkan adanya “Habit” atau kebiasaan.

Jam belajar mengajar di sekolah ini dimulai dari pukul 07.15 WIB. Ketika observer tiba di sekolah pada pukul 07.00 WIB, suasana sekolah masih lengang. Hanya ada 2 guru dan beberapa siswa yang ditunggu oleh orangtuanya. Tepat pukul 07.15 WIB kegiatan belajar mengajar dimulai. Namun, masih ada beberapa siswa yang belum masuk ke kelas atau bahkan masuk ke kelas lain.
               Sejak masuk pertama kali, siswa diajak oleh gurunya untuk Berdoa, yakni do’a akan belajar. Kemudian membaca Pancasila, Rukun Islam, dan Rukun Iman. Ketika membaca Rukun Islam, siswa lebih giat dari pada Rukun Iman. Mungkin hal ini dikarenakan jumlah Rukun Islam lebih sedikit daripada Rukun Iman.

               Kajian Psikologi:
               Pada taraf normalnya, kekuatan otak dalam mengingat adalah 72 per hari. Jadi normalnya seseorang mengingat suatu hal dalam sehari adalah paling sedikitnya 5 dan paling banyaknya 9 hal.

               Setelah itu, siswa juga diajarkan dalam menyebutkan nama-nama hari dalam seminggu, mulai dari Senin sampai dengan Minggu. Mereka juga menyebutkan nama-nama bulan dalam setahun. Setelah itu, untuk membuang kejenuhan, siswa diajak menyanyi. Setiap kali mengajak siswanya, guru juga selalu melakukan hal yang sama dengan siswanya. Sehingga siswanya mengikuti semangat dari gurunya.

               Kajian Psikologi:
               Dalam hal ini seperti yang sudah disebutkan dalam kajian teori yang awal, bahwa hal ini untuk membentuk kebiasaan siswa dengan proses imitasi yang merupakan salah satu factor dalam mencapai interaksi social.
               Selain itu, hal ini dapat dikaji dari teori perkembangan Piaget. Usia sekolah TK termasuk dalam periode praoperasional. Dimana pada periode ini anak dapatmelakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu, model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.

               Seusai bernyanyi, guru kembali mengajak siswanya membaca Asmaul Khusna. Setelah membaca Asmaul khusna, mereka diajak membaca Sholawat Nariyah. Dalam pembacaan Sholawat Nariyah, seluruh siswa sangat giat membacakannya. Hal ini dapat terjadi karena memang sejak kecil mereka sudah dibiasakan dengan Sholawat Nariyah. Terlebih lagi, dalam lingkungan desa ini memang sudah terbiasa membacakan Sholawat tersebut sebelum melaksanakan ibadah mereka, Sholat 5 waktu. Sehingga, hal ini mendorong siswa dalam mengingat Sholawat tersebut. Karena seluruh siswa sangat giat membacakannya, guru memberikan reward dengan menunjukkan jempolnya untuk seluruh siswa. Setelah itu, siswa masih diajarkan membaca surat-surat pendek.

               Kajian Psikologi:
               Sesuai dengan teori behaviourisme, dalam dinamika kepribadiannya, tingkah laku dibentuk oleh beberapa pola. Pola yang membentuk tingkah laku disebut “Consequence of Behaviour” yang dapat berbentuk:
Ø  Reinforcement
Ø  Punishment
               Bentuk pemberian jempol dari guru tersebut merupakan reinforcement dari guru tersebut kepada siswanya. Dimana dengan diberikan penguatan berupa jempol tersebut, diharapkan siswa termotivasi untuk meningkatkan semangat dalam belajar (membacakan sesuatu, mengangkat tangan ketika ada pertanyaan dari guru, dll).
               Siswa masih berada di kelas tersebut selama tidak lebih dari setengah jam. Akan tetapi, observer mengamati mereka sudah sulit dikondisikan. Maksudnya, beberapa dari mereka sudah ada yang berjalan-jalan, menaiki meja atau kursinya, sulit untuk diam. Ada juga yang berbicara sendiri dengan teman sebangkunya.

               Kajian Psikologi:
               Dalam masa perkembangannya, siswa sekolah Taman Kanak-Kanak yang masih memasuki usia awal kanak-kanak memiliki beberapa keterampilan. Salah satu keterampilan tersebut, keterampilan kaki. Dimana pada usia lima tau enam tahun ia belajar melompat dan berlari. Mereka juga sudah dapat memanjat.

               Siswa yang masih dalam fase kanak-kanak, sudah sewajarnya mengalami kemajuan dalam berbicara. Hal itu bukanlah kesalahan ketika mereka banyak berbicara. Karena berbicara merupakan sarana pokok dalam bersosialisasi. Selain itu berbicara juga merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Hal ini telah dikemukakan Hurlock dalam bukunya ‘Psikologi Perkembangan’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar