OBSERVASI
DI TK AL HIDAYAH 79
Tanggal: 15
Desember 2017
Waktu :
Selama proses belajar mengajar
Tempat: TK
Al Hidayah 79, Sumberejo Ambulu Jember
Sekolah ini letaknya sangat strategis, yakni di
sudut perempatan di Jalan Raya Watu Ulo desa Sumberejo kecamatan Ambulu
kabupaten Jember. Tepatnya di ujung selatan dusun Krajan Lor desa Sumberejo.
Bangunannya terletak dalam lingkungan yang sama dengan Masjid Al Islah
Sumberejo.
Jadwal masuk sekolah tersebut adalah 6 hari dalam
seminggu, yakni hariSenin sampai
dengan hari Sabtu.Seragam
untuk hari Senin dan Selasa adalah pakaian yang disebut Hijau-Putih, Rabu dan
Kamis adalah kaos olahraga, sedangkan hari Jum’at dan Sabtu adalah pakaian
Muslim dalam arti serba panjang dan bagi yang putri berkerudung.Tanggal 15
Desember bertepatan pada hari Kamis, sehingga, saat observasi dilakukan
bertepatan ketika siswa mengenakan seragam kaos olahraga. Sebenarnya peraturan
mengenakan seragam tersebut tidak hanya dikhususkan bagi siswa saja. Melainkan
untuk guru pula. Hal ini dimaksudkan agar siswa mencontoh dari apa yang
dilakukan guru kemudian menjadikan hal tersebut sebagai kebiasaan yang dapat
dipegang sendiri oleh siswa.
Kajian Psikologi:
Seperti
dalam sejarah Psi. Sosial, Gabriel Tarde yang menganggap bahwa “Seluruh
kehidupan social sebenarnya berdasarkan factor imitasi saja”. Adanya proses
imitasi dalam interaksi social antara guru dan siswa sekolah tersebut, juga
menimbulkan adanya “Habit” atau kebiasaan.
Jam belajar mengajar di sekolah ini dimulai dari
pukul 07.15 WIB. Ketika observer tiba di
sekolah pada pukul 07.00 WIB, suasana sekolah masih lengang. Hanya ada 2 guru
dan beberapa siswa yang ditunggu oleh orangtuanya. Tepat
pukul 07.15 WIB kegiatan belajar mengajar dimulai. Namun, masih ada beberapa
siswa yang belum masuk ke kelas atau bahkan masuk ke kelas lain.
Sejak masuk pertama kali, siswa
diajak oleh gurunya untuk Berdoa, yakni do’a akan belajar. Kemudian membaca Pancasila,
Rukun Islam, dan Rukun Iman. Ketika membaca Rukun Islam, siswa lebih giat dari
pada Rukun Iman. Mungkin hal ini dikarenakan jumlah Rukun Islam lebih sedikit
daripada Rukun Iman.
Kajian Psikologi:
Pada taraf normalnya, kekuatan otak dalam mengingat adalah 7
2 per hari. Jadi normalnya seseorang mengingat suatu hal dalam sehari
adalah paling sedikitnya 5 dan paling banyaknya 9 hal.

Setelah itu, siswa juga diajarkan
dalam menyebutkan nama-nama hari dalam seminggu, mulai dari Senin sampai dengan
Minggu. Mereka juga menyebutkan nama-nama bulan dalam setahun. Setelah itu,
untuk membuang kejenuhan, siswa diajak menyanyi. Setiap kali mengajak siswanya,
guru juga selalu melakukan hal yang sama dengan siswanya. Sehingga siswanya
mengikuti semangat dari gurunya.
Kajian Psikologi:
Dalam hal ini seperti yang sudah disebutkan dalam kajian teori yang
awal, bahwa hal ini untuk membentuk kebiasaan siswa dengan proses imitasi yang
merupakan salah satu factor dalam mencapai interaksi social.
Selain
itu, hal ini dapat dikaji dari teori perkembangan Piaget. Usia sekolah TK
termasuk dalam periode praoperasional. Dimana pada periode ini anak
dapatmelakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu, model
tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.
Seusai bernyanyi, guru kembali
mengajak siswanya membaca Asmaul Khusna. Setelah membaca Asmaul khusna, mereka
diajak membaca Sholawat Nariyah. Dalam pembacaan Sholawat Nariyah, seluruh
siswa sangat giat membacakannya. Hal ini dapat terjadi karena memang sejak
kecil mereka sudah dibiasakan dengan Sholawat Nariyah. Terlebih lagi, dalam
lingkungan desa ini memang sudah terbiasa membacakan Sholawat tersebut sebelum
melaksanakan ibadah mereka, Sholat 5 waktu. Sehingga, hal ini mendorong siswa
dalam mengingat Sholawat tersebut. Karena seluruh siswa sangat giat
membacakannya, guru memberikan reward dengan menunjukkan jempolnya untuk
seluruh siswa. Setelah itu, siswa masih diajarkan membaca surat-surat pendek.
Kajian Psikologi:
Sesuai
dengan teori behaviourisme, dalam dinamika kepribadiannya, tingkah laku
dibentuk oleh beberapa pola. Pola yang membentuk tingkah laku disebut
“Consequence of Behaviour” yang dapat berbentuk:
Ø Reinforcement
Ø Punishment
Bentuk
pemberian jempol dari guru tersebut merupakan reinforcement dari guru tersebut
kepada siswanya. Dimana dengan diberikan penguatan berupa jempol tersebut,
diharapkan siswa termotivasi untuk meningkatkan semangat dalam belajar
(membacakan sesuatu, mengangkat tangan ketika ada pertanyaan dari guru, dll).
Siswa masih berada di kelas
tersebut selama tidak lebih dari setengah jam. Akan tetapi, observer mengamati
mereka sudah sulit dikondisikan. Maksudnya, beberapa dari mereka sudah ada yang
berjalan-jalan, menaiki meja atau kursinya, sulit untuk diam. Ada juga yang
berbicara sendiri dengan teman sebangkunya.
Kajian Psikologi:
Dalam masa perkembangannya, siswa sekolah Taman Kanak-Kanak yang masih
memasuki usia awal kanak-kanak memiliki beberapa keterampilan. Salah satu
keterampilan tersebut, keterampilan kaki. Dimana pada usia lima tau enam tahun
ia belajar melompat dan berlari. Mereka juga sudah dapat memanjat.
Siswa yang masih dalam fase kanak-kanak, sudah sewajarnya mengalami
kemajuan dalam berbicara. Hal itu bukanlah kesalahan ketika mereka banyak
berbicara. Karena berbicara merupakan sarana pokok dalam bersosialisasi. Selain
itu berbicara juga merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Hal ini telah
dikemukakan Hurlock dalam bukunya ‘Psikologi Perkembangan’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar