Minggu, 11 Februari 2018

MAKALAH SELF CONTROL

BAB I
Pendahuluan

1. 1            Latar Belakang
Setiap manusia selalu mengalami masalah dalam menjalani kehidupan. Baik dari lingkungan luar maupun masalah yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Seringkali masalah muncul karena ketidakmampuan manusia itu sendiri dalam mengendalikan diri.
Beberapa masalah tersebut dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya masalah siswa dalam hal belajar, sulit konsentrasi, sulit meningkatkan nilai dalam pelajaran tertentu atau bahkan masalah seseorang dengan kebiasaannya. Kebiasaan makan yang kurang dari porsi semestinya, atau justru sebaliknya. Semua dapat menjadi masalah ketika seseorang tak bisa mengendalikan diri dalam menyeimbangkan dirinya dengan kebutuhan hidup yang semestinya.
Berkembangnya kontrol diri atau pengendalian diri dalam diri manusia, pada dasarnya sejalan dengan bertambahnya usia seseorang. Seorang dewasa diharapkan memiliki kontrol diri yang lebih baik daripada saat remaja atau anak-anak. Namun, beberapa kasus menujukkan bahwa dewasa mengalami beberapa masalah dengan pengendalian diri.
Oleh karena adanya masalah tersebut, penulis menulis makalah tentang “Developing Self-Control” atau dapat disebut Pengembangan Pengendalian Diri.

1. 2            Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pengendalian diri?
2.      Bagaimana langkah-langkah pengendalian diri?
3.      Bagaimana penerapan pengendalian diri?
4.      Apa hambatan yang mungkin muncul dalam proses pengendalian diri?
5.      Apa saja kelebihan teknik pengendalian diri?
6.      Apa saja kelemahan teknik pengendalian diri?

1. 3            Tujuan Penulisan Makalah
1.      Untuk mengetahui pengertian pengendalian diri.
2.      Untuk mengetahui langkah-langkah pengendalian diri.
3.      Untuk mengetahui penerapan pengendalian diri.
4.      Untuk mengetahui hambatan yang mungkin muncul dalam proses pengendalian diri.
5.      Untuk mengetahui kelebihan teknik pengendalian diri.
6.      Untuk mengetahui kelemahan teknik pengendalian diri.


BAB II
Pembahasan

2.1              Pengertian Pengendalian Diri
Pengendalian diri merupakan sifat yang ada pada setiap seseorang, dimana pengendalian diri ini membutuhkan perubahan perilaku ke arah yang berlawanan untuk respon-respon yang perlu di tingkatkan. Biasanya orang awam menyebutnya dengan daya kehendak atau kekuatan niat dalam artian bila seseorang mempunyai niat yang kuat, pasti seseorang tersebut bisa menghilangkan kebiasaan buruknya, dan jika seseorang menguatkan kehendaknya,maka pasti seseorang tersebut bisa mneingkatkan kemampuan dirinya.
Dalam pandangan Zakiyah Drajat, bahwa orang yang sehat mentalnya akan dapat menunda sementara akan pemuasan kebutuhannya itu atau ia dapat mengendalikan diri dari keinginan-keinginan yang dapat menyebabkan kerugian bagi dirinya. Dalam pengertian yang lebih umum Pengendalian diri lebih menekankan pada pilihan tindakan yang akan memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih luas, tidak melakukan perbuatan yang akan merugikan dirinya dimasa kini maupun masa yang akan datang dengan cara menunda kepuasan sesaat. (Mas Agung dalam Zakiyah Drajat, 1988)
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002), definisi kontrol diri atau self control adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan yang ada. Goldfried dan Merbaum, mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif.
Kontrol diri adalah kemampuan individu untuk memandu, mengarahkan dan mengatur perilakunya dalam menghadapi stimulus sehingga menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari akibat yang tak diinginkan. (Fikriyah, 2014)

2.2              Langkah-langkah Pengendalian Diri
2.2.1                   Menspesifikkan masalah dan menetapkan tujuan
Dalam memprogram pengendalian diri, individu tersebut dapat mengetahui tujuan pasti dari apa yang akan di kendalikan, dan menspesifikkan permasalahan yang akan di kendalikannya serta untuk mentargetkan suatu tujuan tersebut perlu dilakukanpernyataan yang kuantitatif. Misalnya seorang individu  ingin mendapatkan nilai 90 diantara teman-teman sekelas saya.

2.2.2                   Membuat komitmen untuk berubah
Seorang individu yang sudah melakukan tindakan-tindakan atau pernyataan yang mengarah pada perbaikan perilaku mereka, tentunya seseorang tersebut sudah merasakan beberapa manfaat dari target yang ia rencanakan sebelumnya.
Ada beberapa tindakaan yang menjaga komitmen agar tetap menjadi kuat, diantaranya:
ü  Individu mendaftar semua manfaat yang akan di terima setelah mengubah perilaku.
ü  Menyatakan secara publik komitmen yang di buat oleh invidu agar orang lain menjadi saksi dari komitmen yang di buatnya, sehingga membuat tujuan individu tersebut semakin kuat.
ü  Menata ulang lingkungan serta menyediakan pengingat waktu yang cukup sering agar komitmen serta tujuan berjalan sesuai rencana awal.
ü  Menginvestasikan waktu dan energi untuk merancang proyek terbaik dari individu.
ü  Menyusun teratment untuk menghadapi beberapa godaan yang menjadi kemunduruan dari suatu tujuan tersebut.

2.2.3                   Mengambil data dan menilai penyebab-penyebab masalah
Selanjutnya yaitu mengambil data terkait kemunculan perilaku bermasalah, dimana perilaku yang akan dikendalikan itu sering muncul tanpa di ketahui waktunya dan kemudian akan di turunkan atau di hilangkan dari individu. Sehingga perlu mencatat karakteristik perilaku bermasalah yang muncul tersebut sehingga dapat di temukan titik besar untuk kemajuan perilaku individu tersebut.

2.2.4                   Merancang dan mengimplementasikan rencana penanganan
Dalam kehidupan manusia juga tidak luput dari anteseden (acuan, ikutan, model, terdahulu), dalam rencana penanganan dibutuhkan pengelolahan anteseden, antara lain yaitu intruksi, modeling, panduan fisik, lingkungan sekitar, orang lain, waktu dalam sehari-hari dan operasi motivasi.
1.      Intruksi
Meichenbaum (1977) menyatakan bahwa dalam modifikasi perilaku tentu membutuhkan intruksi diri, intruksi diri terbagi atas intruksi diri bagi anak-anak dan intruksi diri bagi orang dewasa.
Pelatihan intruksi bagi anak diantaranya yaitu:
Ø  Orang dewasa memperagakan intruksi diri
Ø  Anak melakukan tugas sesuai intruksi orang dewasa
Ø  Anak melakukan tugas sembari menginstruksikan dirinya dengan bersuara
Ø  Intuksi diri dengan bersuara di pudarkan
Ø  Performa tugas di lakukan dengan intruksi diri tersembunyi
Sedangkan intruksi diri bagi orang dewasa yaitu:
Ø  Mengidentifikasi  stimuli internal tertentu yang di hasilkan oleh situasi yang menekan
Ø  Menentang diri sendiri dari perilaku yang negatif
Ø  Menginstruksikan dirinya sendiri dengan mengambil langkah yang tepat.
Ø  Membuat pernyatan-pernyataan penguat untuk individu itu sendiri setelah ia sukses dalam perilaku yang menekan tersebut
2.      Modeling
Modeling ini yaitu prosedur dimana contoh perilaku tertentu diperlihatkan ke seseorang agar menyebabkan individu tersebut melakukan perilaku yang sama.
3.      Panduan fisik
Yaitu pengaplikasian kontak fisik untuk menggerakkan perilaku yang di inginkan.panduan fisik biasanya berfungsi untuk komponen utama dari prosedur pengajaran. Selain itu panduan fisik ini untuk mengajarkan individu mengikuti instruksi perilaku yang di modelkan sehingga instruksi dapat di gunakan tanpa panduan fisik untuk membentuk perilaku lainnya.
4.      Lingkungan sekitar
Yaitu individu membuat strategi untuk menata lingkungan, agar tidak lagi muncul permasalahan yang menjadi perilaku yang negatif.
5.      Orang lain
Individu dalam mengedalikan diri perlu orang lain karena untuk menurunkan bahkan menghilangkan perilaku yang negatif tersebut, bila setiap hari berkumpul dengan orang lain yang baik pula, bisa menjadikan perilaku negtaif semakin berkurang atau bahkan hilang secara perlahan.
6.      Waktu dalam sehari
Individu dimungkinkan untuk mengubah perilaku yang sebelumnya, sehingga muncul aktivitas baru yang menjadi pengendalian diri yang lebih baik
7.      Operasi diri
Yaitu kejadian-kejadian yang mempengaruhi kekatan konsekuensi sebagai penguatatau penghukum, sehingga pada gilirannya perilaku di pengaruhi oleh konsekuensi-konsekuensi tersebut

Selain mengelola anteseden juga mengolah konsekuensi dimana dalam mengolah konsekuensi terdapat rekayasa kejadian konsekuen yaitu dengan mengeliminasi penguat tertentu yang tanpa di sengaja sudah menguatkan perilaku tak diinginkan dari situasi yang spesifik, selain itu mencatat dan menggrafikkan perilaku target (grafik menunjukkan kemajuan perbaikan bertahap sebagai pendorong bagi pikiran positif tentang kemajuan), selanjutnya yaitu menerima penguat spesifik ketika individu memeprlihatkan atau hanya dengan bertahan di program. Dalam penguatan program juga dapat melibatkanorang lain untuk cara yang lebih efektif.

2.2.5                 Mencegah kembalinya perilaku bermasalah dan membuat pencapaian tujuan individu bertahan lama.
Untuk mencegah kembalinya perilaku bermasalah dan membuat pencapaian tujuan individu bertahan lama, seseorang harus mengenali gejala apa yang menyebabkan kembalinya perilaku bermasalah dan akankah seseorang mampu mencapai tujuan secara tahan lama. Jika perilaku bermasalah kembali, maka tujuan tak dapat dipertahankan lama. Gejala ini disebut ‘kemunduran’.
Kemunduran adalah kembalinya perilaku yang sudah ditangani ke tingkatan yang sama dengan taraf awal perilaku sebelum penanganan diberikan.
Startegi  untuk mencegah kemunduran dan mempertahankan pencapaian jangka panjang, melibatkan 3 faktor yaitu anteseden, respon perilaku dan konsekuensi. Beberapa strategi tersebut ialah:
a.       Mempraktikkan langkah-langkah pengendalian diri untuk meningkatkan perilaku tambahan. Seseorang akan cenderung menggunakan teknik-teknik pengendalian diri jika pernah mengaplikasikannya di lebih dari satu proyek pengendalian diri. Cara ini membuat seseorang lebih ahli mengatasi kemunduran dan meraih perbaikan karena menggunakan teknik-teknik ini beberapa kali otomatis memampukan seseorang untuk melakukan pengendalian diri lebih baik.
b.      Membentuk ‘sistem teman pendukung’ (buddy system). Dalam hal ini diharapkan teman yang mendukung program dapat mencegah munculnya kemunduran dan dapat melanggengkan program.
c.       Menandatangani kontrak perilaku dengan orang lain yang bersedia mendukung program modifikasi perilaku pribadi.
2.3              Penerapan Pengendalian Diri
Pada dasarnya sumber terjadinya self control atau pengendalian diri dalam diri seseorang ada 2 (dua) yaitu sumber internal (dalam diri) dan eksternal (di luar diri). Karena itulah, teknik pengendalian diri dapat diterapkan baik dalam masalah yang bersumber dalam diri, seperti memperbaiki apa yang menurut seseorang kurang tepat dalam dirinya, ataupun yang bersumber dari luar, seperti perilaku seseorang yang kurang tepat dalam menghadapi masalah dengan rekannya.
Dalam hal ini, dapat dilihat contoh dari riset yang berkaitan dengan self-control. Yakni hasil penelitian dari Meirina Ramdhani mahasiswi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2013. Penelitian ini berjudul “Penerapan teknik kontrol diri untuk mengurangi konsumsi rokok pada kategori perokok ringan”. Adapun gambaran abstrak dari penelitian ini sebagai berikut :
Menghentikan kebiasaan merokok merupakan permasalahan utama para perokok aktif yang mulai menyadari bahaya akibat rokok. Kesulitan untuk berhenti merokok berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengontrol dirinya (self-control). Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan teknik kontrol diri untuk mengurangi konsumsi rokok. Pendekatan penelitian ini adalah rangkaian kasus (case series). Subjek berjumlah 4 orang perokok laki-laki usia dewasa yang biasa merokok tidak lebih dari 10 batang per hari (kategori ringan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat subjek mengalami penurunan konsumsi rokok per hari, yang dapat dilihat dari kondisi awal sebelum diberikan intervensi, kondisi pada proses intervensi, kondisi setelah intervensi dihentikan dan tahap tindak lanjut.

2.4              Hambatan dalam Pengendalian Diri
Pengendalian diri merupakan teknik modifikasi perilau yang diterapkan pada diri sendiri, dimana kontrol dipegang oleh setiap individu, maka hambatan yang muncul pun kemungkinan besar dikarenakan individu itu sendiri yang tak dapat menahan diri dari godaan, ataupun karena situasi yang tak mendukung seseorang untuk menjalankan program.
Beberapa jenis hambatan yang muncul pada proses pengendalian diri, diantaranya, lingkungan, orang lain dan waktu dalam sehari.
Ø  Lingkungan
Beberapa program modifikasi perilaku tak terjalankan dengan benar karena adanya lingkungan yang tidak mendukung adanya program.
Contoh: Ana memprogram dirinya untuk diet, namun, di meja makannya ia selalu melihat makanan dengan kadar kolesterol tinggi. Dalam hal ini, lingkungan dapat menjadi  penghambat dalam program pengendalian diri.
Ø  Orang Lain
Adanya saudara, rekan atau bahkan orang lain yang tidak mengetahui program pengendalian yang sedang dilakukan oleh seorang individu, biasanya tanpa keraguan mengajak individu pada perilaku yang dapat menggagalkan program.
Contoh: Diana ingin memprogram dirinya untuk mengurangi kebiasaan shoppingnya. Dalam seminggu biasanya ia menjalani shopping sebanyak lima kali. Sekarang ia ingin menguranginya menjadi (paling banyak) dua kali dalam seminggu. Namun ia memiliki teman yang juga hobi shopping dan ia tak mengetahui program Diana. Sehingga temannya tersebut juga kerap kali mengajaknya shopping. Hal ini dapat menggagalkan program Diana. Maka, temannya (orang lain), juga dapat menjadi hambatan pengendalian diri.
Ø  Waktu
Salah satu penghambat program modifikasi perilaku lainnya adalah waktu dalam sehari.
Contoh: Rio adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan. Seringkali ia memiliki jadwal kerja malam hari. Sehingga ia tidak dapat tidur saat malam hari. Alhasil, Rio memprogram pengendalian diri terhadap dirinya untuk tidur malam secara teratur. Namun, karena jadwal kerja malamnya ia tak bisa tidur malam dengan teratur. Dalam hal ini, waktu dapat menggagalkan program modifikasi perilakunya.

2.5              Kelebihan Pengendalain Diri
Beberapa kelebihan dari ‘self-control’ adalah sebagai berikut:
1.      Individu dapat terlibat aktif dan dominan dalam pelaksanaan Self-management
2.      Menciptakan kebebasan dari ketergantungan dan kontrol orang lain
3.      Pengubahan tingkah laku yang diperoleh lebih tahan lama
4.      Keterlibatan guru atau ahli pengubahan perilaku relative sedikit
5.      Dapat meningkatkan generalisasi belajar
6.      Mudah dilaksanakan dan tidak mahal
7.      Rosyidan (Fatmawati, 2003) membuktikan bahwa pengelolaan diri dapat mengatasi masalah terlalu berat merokok, kebiasaan belajar yang jelek, tidak dapat tidur dan tidak dapat mengelola waktu dengan baik.
8.       Shelton (1983) membuktikan bahwa pengelolaan diri dapat dipergunakan untuk melatih sikap tegas
9.      Richard (Fauzan, 1992) membuktikan bahwa dengan pengelolaan diri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


2.6              Kelemahan Pengendalian Diri
Beberapa kelemahan dari ‘self-control’ adalah sebagai berikut:
1.        Pelaksanaan program ini sangat tergantung dari kesediaan individu
2.        Untuk tingkah laku sasaran yang bersifat pribadi tidak jarang hal ini sulit diamati
3.        Penggunaan reinforcement (penguatan) berupa daya imajinasi hanya dapat disarankan untuk individu yang mempunyai daya khayal yang cukup baik
4.        Memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang mencukupi untuk pengubahan diri
5.        Lingkungan sekitar dan keadaan diri individu di masa datang sering tidak dapat diatur, diprediksikan dan bersifat kompleks






BAB III
Penutup

3.1              Kesimpulan
Dari seluruh uraian yang dibahas dalam makalah ini, menjelaskan bahwa teknik modifikasi perilaku ‘self-control’ atau bisa disebut pengendalian diri merupakan kemampuan diri sendiri untuk menahan, menekan dan menghambat dorongan yang (relatif) negatif dalam diri guna mengubah perilaku menjadi lebih baik. Pengendalian tersebut dapat dengan menghilangkan, mengurangi perilaku yang lama, atau bahkan menciptakan perilaku yang baru. Karena teknik ini merupakan pengendalian diri, maka seorang individu itu sendirilah yang menentukan seberapa besar perubahan dari perilaku yang ingin diubahnya.

3.2              Saran
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. Kritik dan saran akan selalu diterima oleh penulis guna sebagai perbaikan dipembelajaran mendatang.



1 komentar:

  1. kalo bisa , tolong sertakan sumbernya kak biar enak kalo mau copas, hehehe, but no problem its good at all, syukran jazielan kak..

    BalasHapus